Militan ISIS Bunuh Ibu Kandung Di Depan Umum

Pegiat kemanusiaan yang berasal dari kelompok Raqqa, ibukota Suriah, baru-baru ini melaporkan adanya seorang anggota dari kelompok radikal ISIS berusia dua puluh tahun bernama Ali Saqr al-Qasim yang nekat membunuh ibu kandungnya sendiri. Penyebab kejadian tragis ini adalah karena sang ibu memintanya keluar dari kelompok militan itu.

Yang lebih mengejutkan, proses eksekusi tersebut dilangsungkan di muka umum. Secara sadis, al-Qasim menembak mati sang ibu menggunakan senapan di depan gedung yang berfungsi sebagai kantor pos.

Dilaporkan dari Dailymail pada Jumat (8/1/2016), bahwa Qasim sebelumnya telah melaporkan sang ibu yang bernama Lena, usia empat puluh lima tahun, kepada atasannya. Alasan dari laporan ini adalah karena Lena dianggap telah murtad. Selain itu, sang ibu juga mengajak al-Qasim untuk keluar dari keanggotaan ISIS.

Tak lama setelah mendengar laporan dari al-Qasim, ibunya pun segera ditangkap. Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti mengapa al-Qasim sendiri yang harus mengeksekusi ibunya. Besar dugaan bahwa hal tersebut wajib dilakukan olehnya sebagai bukti kesetiaannya kepada ISIS.

Lena akhirnya dieksekusi tepat di luar gedung pos tempatnya biasa bekerja. Kekejaman ISIS ini bukanlah satu-satunya dan bukan yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, sempat diberitakan pula aksi ekstrem ISIS di mana mereka menembak mati lima orang mata-mata dari negara Inggris. Kelimanya dieksekusi lantaran diyakini merupakan bagian dari koalisi internasional yang akan melawan ISIS di Suriah serta Irak.

Sementara pada beberapa waktu lalu, diberitakan pula seorang jurnalis wanita bernama Ruqia Hasan yang dibunuh oleh ISIS lalu ISIS menggunakan akun Facebook Ruqia untuk melacak teman-temannya sesama aktivis. Postingan terakhir Ruqia sendiri berisi ejekan akan keputusan ISIS untuk memutus hotspot di kota Raqqa.

ISIS juga diyakini sebagai dalang aksi bom bunuh diri serta penembakan yang terjadi di beberapa titik kota Paris, Prancis pada 13 November lalu. Peristiwa yang sempat menghebohkan dunia dan membuat beberapa lokasi wisata ikonik Prancis ditutup ini menewaskan sedikitnya sebanyak seratus delapan puluh orang dan melukai ratusan orang lainnya.