Donald Trump Diminta Hentikan Aksi Provokasi Kebencian Pada Umat Muslim

Jersey City – Warga negara Amerika Serikat yang beragama Islam meminta secara tegas kepada calon presiden Donald Trump yang berasal dari Partai Republik untuk menghentikan aksi provokasi kebenciannya kepada warga Muslim. Hal ini terutama disampaikan oleh Ahmed Shedeed selaku direktur dari Pusat Islam di Jersey City.
“Aku bertanya kepadanya dan meminta semua ini sudah seharusnya untuk dihentikan. Semua tuduhan ini harus dihentikan. Lihatlah bagaimana komunitas muslim di Amerika Serikat telah menjadi sebuah bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan bangsa Amerika. Kami tidak akan ke mana-mana,” ucap Ahmed, pemuda muslim Amerika keturunan Mesir ini sebagaimana diwartakan AFP pada Selasa (8/12/2015).

Lebih lanjut, Ahmed juga mengungkapkan bahwa Trump sudah secara terang-terangan melakukan aksi provokasi kebencian serta kekerasan kepada kaum Muslim di Amerika. Tindakan Trump ini sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh calon Presiden Amerika sebelumnya. “Trump memberikan semacam hak asasi kepada banyak orang untuk menyakiti Muslim,” tambah Ahmed.
Ahmed juga mengakui bahwa pada saat ini warga Muslim Amerika merasa semakin takut. Para muslimah yang memakai hijab seringkali diludahi, sopir taksi beragama Islam kedapatan ditembak pada saat perayaan hari Thanksgiving, bahkan sebuah kepala babi ditemukan pada salah satu masjid di Philadelphia.
Sejalan dengan hal ini, Dewan Hubungan Amerika Islam atau CAIR juga melaporkan adanya peningkatan gelombang kekerasan, diskriminasi serta vandalisme pada warga Muslim serta sejumlah masjid di Amerika selama sebulan terakhir. Presiden Amerika Serikat saat ini, Barack Obama, juga menegaskan bahwa teror ISIS serta paham radikal lainnya tidak ada kaitannya dengan Islam serta warga Muslim Amerika.
Islamophobia atau ketakutan akan Islam serta warga Muslim memang tengah menyeruak, terutama sejak kejadian teror penembakan serta bom bunuh diri di Paris, Prancis pada 13 November lalu. Apalagi, dalang di balik serangkaian aksi teror tersebut disinyalir merupakan kelompok radikal ISIS yang mengatasnamakan agama Islam. Namun, perlu untuk digarisbawahi bahwa tindakan teroris tidak ada kaitannya dengan agama apapun termasuk Islam.